http://www.youtube.com/v/o98_ibxBhMo?autohide=1&version=3&autoplay=1&autohide=1&attribution_tag=Y2uRSVBRyyrUy8X4Z2ssZA&feature=share&showinfo=1
Gerak Jatuh Bebas | Contoh Gerak Jatuh Bebas
22.00 |
Contoh gerak jatuh bebas (buah kelapa jatuh) |
Contoh gerak jatuh bebas adalah buah kelapa yang jatuh dari
pohonnya atau suatu benda yang jatuh dari ketinggian tetapi pada saat
jatuh tidak didorong oleh gaya (jatuh dengan sendirinya). Atau anda bisa
melakukan praktik gerak jatuh bebas dengan melepaskan suatu benda dari
ketinggian tertentu. Gerak jatuh bebas akan terjadi jika anda melepaskan
benda tersebut tidak dengan gaya dorong atau melemparnya tetapi cukup
hanya dengan melepaskan benda tersebut dari genggaman. Di dalam
kehidupan sehari-hari yang paling banyak contoh gerak jatuh bebas ini
adalah pada buah-buahan yang jatuh dari pohonnya karena buah tersebut
sudah matang.
Menurut saya pribadi pengertian gerak jatuh bebas adalah suatu objek
yang jatuh dari ketinggian dengan kecepatan awal nol. Secara teori pada
gerak lurus berubah beratuan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan GLB ataapun GLBB,
hanya saja pada GJB ini dua hal pokok yang perbedaannya adalah
kecepatan awal dan percepatan gravitasi. Jadi jika pada gerak lurus
berubah beratuan adanya percepatan (disombolkan dgn "a") sedangkan pada
GJB ini terdapat percepatan gravitasi (disimbolkan dgn "g"). Nilai percepatan gravitasi biasanya 9,8 meter per sekon kuadrat atau 10 meter per sekon kuadrat.
Rumus yang berlaku pada gerak jatuh bebas adalah sbb :
Keterangan :
v = kecepatan benda yang jatuh (meter/sekon)
t = waktu (sekon)
g = percepatan gravitasi (meter / sekon kuadrat)
h = tinggi benda yang jatuh (meter)
Untuk melatih anda supaya bisa memahami dan membedakan materi fisika
gerak jatuh bebas ini, maka berikut ini saya hadirkan contoh soal gerak
jatuh bebas dan pembahasannya yang masih sederhana.
Semua soal mempunyai percepatan gravitasi = 10 m /s kuadrat
- Sebuah kelapa muda terjatuh dari pohonnya dengan ketinggian 20 meter. Jika percepatan gravitasi adalah 10 m / sekon kuadrat, hitunglah lamanya waktu buah kelapa muda tersebut sampai ke tanah ?
- Berapa kecepatan buah mangga yang jatuh dari ketinggian 15 meter ?
- Berapakah tinggi gedung A jika ada suatu benda yang jatuh bebas dari puncaknya selama 60 sekon baru sampai ke tanah?
- Jika diketahui pada gerak jatuh bebas sebuah benda berada pada posisi tengah-tengah ketinggian setelah jatuh selama 3 detik dari puncak gedung. Berapakah tinggi dari gedung tersebut ?
- Ada dua buah mangga jatuh dari ketinggian yang berbeda, jarak ketinggian antara kedua buah tersebut adalah 1,5 meter. Jika pada buah yang paling tinggi terjatuh lebih dulu, maka hitunglah jarak waktu buah kedua jatuh setelah buah pertama jika akhirnya kedua buah tersebut sama-sama sampai mencapai tanah pada waktu yang sama.
Pembahasan :
1. Diketahui : h = 20 m
g = 9.8 m/s kuadrat
Ditanya : t = ?
Penyelesaian :
= akar dari (2. 20 / 10 )
= akar ( 4 )
= 2 sekon
Jadi, waktu yang dibutuhkan oleh buah kelapa muda tersebut menyentuh tanah adalah 2 detik.
2. Diketahui : h = 15 meter
g = 10 m/ s kuadrat
Ditanya : v = ?
Penyelesaian :
= akar dari ( 2 x 10m/s2 x 15m)
= akar 300 m/s
Untuk soal dari nomor 3 sd 5, anda harus hitung sendiri. Ini berguna
supaya anda bisa lebih paham tentang salah astu materi pelajaran fisika
ini.
Di bawah ini adalah contoh lain dari gerak jatuh bebas :
Contoh lain gerak jatuh sebas |
Jika anda ingin membuktikan dan melakukan pengukuran langsung terhadap
materi GJB ini, anda bisa melakukan percobaan gerak jatuh bebas yang
sederhana dari tempat belajar anda. Coba anda jatuhkan pulpen atau
pensil dari ketinggian tertentu, kemudian hidupkan stopwatch untuk
menghitung lamanya waktu. Kemudian anda buatlah tabel khusus dengan
nomor 1 sd 10, pada setiap nomor buatlah kondisi yang berbeda-beda pada
percobaannya. Setelah data dari percobaan tersebut anda dapatkan,
terakhir coba anda hitung dengan menggunakan rumus dari 10 kondisi tadi.
Bandingkan hasil antara percobaan langsung dengan teori yang ada.
sumber :http://smartinyourhand.blogspot.com/2012/05/gerak-jatuh-bebas-contoh-gerak-jatuh.html
Listrik Dinamis
21.51 |
Listrik Dinamis adalah listrik
yang dapat bergerak. cara mengukur kuat arus pada listrik dinamis adalah
muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah
coulumb dan satuan waktu adalah detik. kuat arus pada rangkaian
bercabang sama dengan kuata arus yang masuk sama dengan kuat arus yang
keluar. sedangkan pada rangkaian seri kuat arus tetap sama disetiap
ujung-ujung hambatan. Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan. pada
rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada
rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua itu
telah dikemukakan oleh hukum kirchoff yang berbunyi "jumlah kuat arus
listrik yang masuk sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar".
berdasarkan hukum ohm dapat disimpulkan cara mengukur tegangan listrik
adalah kuat arus × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena
tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan memiliki satuan volt(V)
dan kuat arus adalah ampere (A) serta hambatan adalah ohm.
Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:
Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di antara kedua ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu. Data-data percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di samping. Pada pelajaran Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi nilai-nilai pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada sumbu horizontal (absis). Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan ini tidak lain adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin besar. Artinya, jika ada suatu bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin sulit dilewati arus listrik. Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik disebut resistor (pengharnbat). Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan tertentu. Jika dipasang pada rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang pada rangkaian yang
rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.
Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.
Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan tersebut. Pernyataan itu sering dikenal sebagai hukum I Kirchhoff karena dikemukakan pertama kali oleh Kirchhoff.
Maka diperoleh persamaan :
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I masuk = I keluar
Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka
VAC = IR1 + IR2
I R1 = I(R1 + R2)
R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total
Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs = R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang lain padam.
Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan demikian, diperoleh persamaan
Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena itu, selanjutnya Rt ditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian, diperoleh persamaan
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing hambatan penyusunnya (R1 dan R2). Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya dengan lampu pada intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati (putus), lampu yang lain tetap menyala.
Hukum Ohm
Aliran arus listrik dalam suatu rangkaian tidak berakhir pada alat listrik. tetapi melingkar kernbali ke sumber arus. Pada dasarnya alat listrik bersifat menghambat alus listrik. Hubungan antara arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat diibaratkan seperti air yang mengalir pada suatu saluran. Orang yang pertama kali meneliti hubungan antara arus listrik, tegangan. dan hambatan adalah Georg Simon Ohm (1787-1854) seorang ahli fisika Jerman. Hubungan tersebut lebih dikenal dengan sebutan hukum Ohm.Setiap arus yang mengalir melalui suatu penghantar selalu mengalami hambatan. Jika hambatan listrik dilambangkan dengan R. beda potensial V, dan kuat arus I, hubungan antara R, V, dan I secara matematis dapat ditulis:
Sebuah penghantar dikatakan mempunyai nilai hambatan 1 Ω jika tegangan 1 V di antara kedua ujungnya mampu mengalirkan arus listrik sebesar 1 A melalui konduktor itu. Data-data percobaan hukum Ohm dapat ditampilkan dalam bentuk grafik seperti gambar di samping. Pada pelajaran Matematika telah diketahui bahwa kemiringan garis merupakan hasil bagi nilai-nilai pada sumbu vertikal (ordinat) oleh nilai-nilai yang bersesuaian pada sumbu horizontal (absis). Berdasarkan grafik, kemiringan garis adalah α = V/T Kemiringan ini tidak lain adalah nilai hambatan (R). Makin besar kemiringan berarti hambatan (R) makin besar. Artinya, jika ada suatu bahan dengan kemiringan grafik besar. bahan tersebut makin sulit dilewati arus listrik. Komponen yang khusus dibuat untuk menghambat arus listrik disebut resistor (pengharnbat). Sebuah resistor dapat dibuat agar mempunyai nilai hambatan tertentu. Jika dipasang pada rangkaian sederhana, resistor berfungsi untuk mengurangi kuat arus. Namun, jika dipasang pada rangkaian yang
rumit, seperti radio, televisi, dan komputer, resistor dapat berfungsi sebagai pengatur kuat arus. Dengan demikian, komponen-komponen dalam rangkaian itu dapat berfungsi dengan baik. Resistor sederhana dapat dibuat dari bahan nikrom (campuran antara nikel, besi. krom, dan karbon). Selain itu, resistor juga dapat dibuat dari bahan karbon. Nilai hambatan suatu resistor dapat diukur secara langsung dengan ohmmeter. Biasanya, ohmmeter dipasang hersama-sama dengan amperemeter dan voltmeter dalam satu perangkat yang disebut multimeter. Selain dengan ohmmeter, nilai hambatan resistor dapat diukur secara tidak langsung dengan metode amperemeter voltmeter.
Hambatan Kawat Penghantar
Berdasarkan percobaan di atas. dapat disimpulkan bahwa besar hambatan suatu kawat penghantar 1. Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya makin panjang penghantar, makin besar hambatannya, 2. Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan 3. berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas penampang, makin besar hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan jenis ρ, dan luas penampang kawat A. Secara matematis, besar hambatan kawat dapat ditulis :Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.
Hukum Kirchoff
Arus listrik yang melalui suatu penghantar dapat kita pandang sebagai aliran air sungai. Jika sungai tidak bercabang, jumlah air di setiap tempat pada sungai tersebut sama. Demikian halnya dengan arus listrik.Jumlah kuat arus yang masuk ke suatu titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan tersebut. Pernyataan itu sering dikenal sebagai hukum I Kirchhoff karena dikemukakan pertama kali oleh Kirchhoff.
Maka diperoleh persamaan :
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
I masuk = I keluar
Rangkaian Hambatan
- Rangkaian Seri
Mengingat VAC merupakan tegangan total dan kuat arus listrik yang mengalir pada rangkaian seperti di atas (rangkaian tak bercabang) di setiap titik sama maka
VAC = IR1 + IR2
I R1 = I(R1 + R2)
R1 = R1 + R2 ; R1 = hambatan total
Rangkaian seperti di atas disebut rangkaian seri. Selanjutnya, R1 ditulis Rs (R seri) sehingga Rs = R1 + R2 +...+Rn, dengan n = jumlah resistor. Jadi, jika beberapa buah hambatan dirangkai secara seri, nilai hambatannya bertambah besar. Akibatnya, kuat arus yang mengalir makin kecil. Hal inilah yang menyebabkan nyala lampu menjadi kurang terang (agak redup) jika dirangkai secara seri. Makin banyak lampu yang dirangkai secara seri, nyalanya makin redup. Jika satu lampu mati (putus), lampu yang lain padam.
- Rangakaian Paralel
Pada rangkaian seperti di atas (rangkaian bercabang), V AB =V1 = V2 = V. Dengan demikian, diperoleh persamaan
Rangkaian yang menghasilkan persamaan seperti di atas disebut rangkaian paralel. Oleh karena itu, selanjutnya Rt ditulis Rp (Rp = R paralel). Dengan demikian, diperoleh persamaan
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam rangkaian paralel, nilai hambatan total (Rp) lebih kecil dari pada nilai masing-masing hambatan penyusunnya (R1 dan R2). Oleh karena itu, beberapa lampu yang disusun secara paralel sama terangnya dengan lampu pada intensitas normal (tidak mengalami penurunan). Jika salah satu lampu mati (putus), lampu yang lain tetap menyala.
Referensi
- Erlangga
- Tiga Serangkai
- http://www.uoguelph.ca
Sistem Planet Alien yang Mirip Tata Surya
21.46 |
Cristina Sanchis Ojeda
Ilustrasi sistem keplanetan Kepler-30.
Memakai teleskop antariksa Kepler yang telah menemukan 2.300 kandidat planet, astronom mendeteksi 3 planet yang mengelilingi Kepler 30. Tiga planet itu dideteksi dengan metode transit, melihat kedipan cahaya bintang saat ada objek melintas di depannya.
Masing-masing planet yang ditemukan dinamai Kepler 30b, Kepler 30c dan Kepler 30d. Ketiganya lebih besar dari Bumi, bahkan dua diantaranya lebih besar dari Jupiter, planet terbesar di Tata Surya.
Dalam pengamatan debih detail, ilmuwan menemukan bahwa Kepler 30 memiliki bintik yang serupa bintik Matahari. Diketahui, bintik Matahari atau bintik bintang terjadi karena ada wilayah di permukaan bintang yang lebih dingin dari sekitarnya.
Dari observasi, astronom menemukan bahwa ketiga planet singgah di spot yang sama secara berulang. Hal itu menunjukkan bahwa orbit planet-planet alien tersebut koplanar atau tersusun berdekatan dengan spin bintang.
Berdasarkan itu pula, seperti diberitakan Space, Rabu (25/7/2012), sistem keplanetan Kepler-30 mirip dengan Tata Surya. Di Tata Surya, delapan planet tersusun relatif rapi sepanjang ekuator rotasi Matahari.
Kenyataan tersebut petunjuk bahwa planet terbentuk dari debu dan gas yang berputar di sekitar bintang yang baru lahir. Tak semua sistem keplanetan punya ciri serupa. Dalam sistem keplanetan tertentu, planet gas bisa terletak dekat dengan bintangnya.
Hasil studi ini dipublikasikan di jurnal Nature minggu lalu.
sumber: Space.com
Gaya dan Hukum Newton
21.18 |
PENGERTIAN GAYA
Gaya adalah suatu dorongan atau tarikan. Gaya dapat mengakibatkan perubahan – perubahan sebagai berikut :
1) benda diam menjadi bergerak
2) benda bergerak menjadi diam
3) bentuk dan ukuran benda berubah
4) arah gerak benda berubah
Macam – macam Gaya
Berdasarkan penyebabnya, gaya dikelompokkan
sebagai berikut :
(1) gaya mesin, yaitu gaya yang berasal dari mesin
(2) gaya magnet, yaitu gaya yang berasal dari magnet
(3) gaya gravitasi, gaya tarik yang diakibatkan oleh bumi
(4) gaya pegas, yaitu gaya yang ditimbulkan oleh pegas
(5) gaya listrik, yaitu gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik
Berdasarkan sifatnya, gaya dikelompokkan menjadi :
(1) gaya sentuh, yaitu gaya yang timbul karena titik kerja gaya, langsung bersentuhan dengan benda.
(2) gaya tak sentuh, yaitu gaya yang timbul walaupun titik kerja gaya tidak bersentuhan dengan benda.
Menggambar Gaya
Gaya
merupakan besaran vektor ( memiliki nilai dan arah). Oleh karena itu,
gaya dapat digambarkan dengan menggunakan diagram vektor .
GABUNGAN ( resultan ) gaya
Resultan gaya (R), yaitu penjumlahan beberapa gaya yang bekerja segaris. Sehingga secara matematis ditulis :
Untuk memudahkan perhitungan maka, gaya yang berarah kekanan atau keatas diberi tanda positif (+), dan gaya yang berarah kekiri maupun kebawah diberi tanda negatif (-)
Gaya – gaya Searah
Perhatikan gambar berikut :
Maka Nilai R = F1 + F2 = ( 2 + 6 ) N = 8 N
Gaya – gaya Yang Berlawanan Arah
Perhatikan gambar berikut :
Maka nilai R = F1 + F2 = ( -4 + 16 ) N = 12 N
Gaya-gaya Yang membentuk Sudut 90o ( Siku-siku )
Perhatikan berikut :
F1 = 4 N Fr
F2 = 3 N
Fr = √ F1 2 + F2 2 = √ 42 + 32 = √ 25 = 5 N
Arahnya menuju ke arah 450 , di tengah-tengah dari kedua gaya yang bekerja tersebut
Kedudukan yang Seimbang
Dua buah gaya dikatakan seimbang apabila kedua gaya itu sama besar, berlawanan arah, dan terletak satu garis. Resultan gaya – gaya yang seimbang R = 0.
Apabila suatu benda dalam keadaan seimbang (R= 0), maka benda tidak mengalami perubahan gerak sehingga :
(1) benda yang dalam keadaan diam akan tetap diam
(2) benda yang mengalami GLB akan tetap mengalami GLB.
hukum newton
Newton
merupakan ilmuwan Inggris yang mendalami Dinamika, yaitu cabang fisika
yang mempelajari tentang gerak. Newton mengemukakan tiga hukum tentang
gerak :
Hukum I Newton
Hukum Kelembaman ( F = 0 )
“
Suatu benda yang diam akan tetap diam, dan suatu benda yang sedang
bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan, kecuali
bila ada gaya luar yang bekerja pada benda itu“.
Hukum II Newton
“ Massa benda dipengaruhi oleh gaya luar yang berbanding terbalik dengan percepatan gerak benda tersebut“
Secara matematis ditulis :
dengan : F = gaya luar ( N atau kg ms-2 )
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (ms-2)
Hukum III Newton
Hukum aksi reaksi
“ Suatu benda mendapatkan gaya dikarenakan berinteraksi dengan benda yang lain“
|
Langganan:
Postingan (Atom)